hidaYnotes - Kleine Reise Notizen

Mission Very Possible


Sore itu di kamar Bin Auf kebali ramai, seperti biasa sabtu malam kamar itu kedatangan tamu pekanannya. Sesosok lelaki yang berusia dua kali di atas penghuni harian masuk sambil mengucapkan salam dan menebar pandangan dengan senyumnya. Setelah meletakkan barang barang bawaannya di lemari, lelaki itu yang biasa dipanggil EL duduk di ranjang yang telah ia pakai selama 5 tahun terakhir. Dan terjadilah ‘majlis’ obrolan seputar dunia pendidikan.

EL: apa yang kalian rasakan selama antum sekolah, dari kecil sampai sekarang?

Santri: kalau pengalaman antum sendiri gimana tadz?

EL: Menurut pengalaman saya, saya sekolah dari TK, SD, SMP, SMA, dan Kuliah, selama itu saya habiskan untuk mempelajari banyak hal yang tidak banyak bermanfaat bagi saya. Hanya sedikit yang bisa saya pakai, yaitu berhitung dan berbahasa. Itupun bukan perhitungan yang rumit-rumit dan bukan bahasa-bahasa para pujangga yang saya pakai, hanya yang sederhana saja. Jadi saya merasa telah menyia-nyiakan banyak waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Kemampuan bahasa Inggris, saya dapatkan dari kursusan. Pemahaman agama ketemunya di pengajian di masjid-masjid.
Santri: jadi menurut antum, pendidikan di Indonesia ini seperti apa?

EL: Sistem pendidikan di Indonesia ini terlalu banyak materi yang wajib dipelajari, tetapi tidak sesuai dengan bakat atau kecenderungan pelajar. Membelokkan niat belajar siswa dari usaha menguasai materi menjadi usaha mencapai nilai tertinggi. Menjadikan kekacauan jiwa pada banyak siswa saat menghadapi ujian, apalagi saat mengetahui bahwa mereka tidak lulus. Menghasilkan generasi mandul karya.

Santri: Kayaknya ngeri banget, tapi kalo dipikir pikir bener juga ya…, sudah ada berapa ratus ribu sarjana ekonomi tapi ekonomi Indonesia masih sulit juga. Berapa banyak sarjana hokum yang juga tak mampu menegakkan keadilan. Berapa puluh juta sarjana di Indonesia yang seharusnya jadi ujung tombak negara tapi miskin karya, akankah kita bernasib sama?

EL: Hmm….bisa jadi. Tapi insya allah belum terlambat jika kita mau melakakukan perubahan. Kembali mencontoh uswah hasanah kita, nabi besar Muhammad SAW. Yang akan kita contoh adalah inti atau tujuannya, bukan peralatannya atau situasi zamannya. Nabi kita mendidik para sahabat untuk hidup dengan mengamalkan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pedoman, bermu’amalah (bergaul) dan berkarya sesuai dengan pedoman itu. Maka seharusnya kita berbuat yang sama. Jadi pendidikan yang seharusnya kita jalani sejak kecil adalah, belajar AGAMA untuk diamalkan dan belajar SKILL khusus sesuai dengan bakat dan kecenderungan kita untuk mencari nafkah di dunia ini, itu sudah cukup.

Santri: Iya juga…ya. Kalo kita dari kecil belajar agama, menghafal Al-Quran, dan menekuni kedokteran misalnya, kita bakal hampir menyerupai Ibnu Sina di usia kita saat ini, ahli agama, hafal Al-Quran dan pakar kedokteran. Iya gak? Kan Ibnu Sina belajar dari hal yang belum disiapkan sedangkan kita belajar hal yang sudah siap pakai tentunya lebih mudah.

EL: Bagaimana jika kita membuat gebrakan baru dalam dunia pendidikan? Kita buat sekolah atau pesantren yang disana akan di ajarkan agama, tahfizh, dan 1 skill sesuai bakat masing-masing murid untuk menjadi ahli di dalamnya.

Santri: Wah, keren tuh! Bagaimana kalo kita mulai dengan skill bahasa Inggris, kan antum mahir bahasa Inggris, jadi murid-murid akan diajari agama, tahfizh, dan bahasa Inggris. Selanjutnya akan ditambah dengan skill-skill yang lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Tapi jika mereka butuh ijazah gimana ya?

EL: bagus tuh! Hasil dari itu kita pakai untuk mengembangkan pesantrennya. Masalah ijazah, insya allah itu mudah, kan ada kejar paket A, B, C dan berlaku di perguruan tinggi manapun. Untuk bisa lulus ujian kejar paket A, B, atau C kita bisa manfaatkan ingatan jangka pendek kita, belajar beberapa bulan sebelum ujian, setelah ujian lupa gak masalah. Kan yang penting lulus dengan nilai bagus bukan mendalaminya dan menguasainya. Nanti insya allah para ahli yang akan mengajar, kita cari sambil berkembang, sesuai dengan dana yang ada. Masalahnya dana awal untuk mendirikannya yang perlu dipikirkan!

Santri: Kita ajak teman teman untuk menyisihkan uang jajannya, 10rb, 20rb, 50rb, atau berapapun itu setiap bulan untuk membeli tanah tempat kita memulai misi kita. Insya Allah 1 atau 2 tahun ke depan kita sudah bisa memulai pondok masa depan kita. Apalagi kalo ada muhsinin yang mau menyisihkan hartanya untuk misi mulia ini. Saat kita lulus dari sini insya allah kita bisa langsung berkarya untuk umat.
Maka dibentuklah team yang –Insya Allah- akan terus memperjuangkan misi ini terealisasi.

Dialog diatas bukanlah mengada-ada. Kami benar-benar memiliki impian untuk mewarnai negeri ini dengan system pendidikan yang lebih baik. Apapun komentar anda, baik itu positif ataupun negative, kami tetap menghargai. Karena kami sadar betul, bahwa setiap ‘ide gila’ pasti akan mengundang kontroversi. Karena dulu Einstein, Edison, Wright bersaudara, bahkan Nabi kita sendiri juga dipandang sebelah mata di awal misinya.

Bagi anda yang tergerak untuk mendukung misi ini, bisa mendonasikan sebagian rizki halal anda ke rekening kami. Seberapapun partisi anda, kami ucapkan jazakumullah khoiron katsiro. Percayalah, tidak sama pahala antara orang yang sudah berinfaq sebelum dan sesudah Fathu Makkah.

No rekening:
Bank Mandiri Syariah 7049135356 a.n EL Sujud ataupun BRI Syariah 1010533887 a.n EL Sujud. CP 0857 4222 2926 atau melalui fb: facebook.com/eloy.english

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Mission Very Possible

0 komentar:

Posting Komentar