hidaYnotes - Kleine Reise Notizen

Presiden Berencana

Presiden Berencana - Sebagai presiden, aku pernah dianggap gila oleh rakyat dan menteri-menteriku sendiri.
Pernah suatu ketika aku mengadakan sebuah sayembara. Sederhana, siapapun yang bisa menggambar mobil di hadapanku hanya dengan sebilah pena akan kuhadiahkan emas seberat berat badannya. Dengan satu syarat, tidak boleh lebih dari 2 detik. Ya, dua detik. Tidak lebih.

Hingga akhir pekan tiba tak satupun rakyat yang datang kepadaku, begitu pula para pejabat negara. Entah karena memang tidak bisa atau tidak tertarik. Mereka bilang aku sedang bermimpi berada di negeri para pesulap. Mereka meragukan kewarasanku. Mereka kira aku main-main. Padahal sebelumnya aku tak pernah sembaragan dalam mengambil keputusan, apalagi yang menyangkut urusan ratusan juta jiwa. Tapi tak apa lah, aku juga paham apa yang mereka pikirkan. Masih banyak urusan negara ini yang –sekilas- lebih penting.

Mereka –dan kau- akan tahu jawabannya nanti. Aku hanya ingin sedikit ‘mengetes’ bangsaku.

Tibalah waktuku. Hampir seluruh media nasional hadir. Bahkan beberapa media mancanegara meminta izin untuk meliput, tapi aku menolaknya. Mungkin malam ini seluruh penduduk negeri sedang tertuju padaku. Menyaksikan ke’edan’anku. Membuktikan apakah aku masih layak menginjakkan kaki di istana negara atau tidak.

Semua mata tertuju pada stopwatch masing-masing. Mereka akan menghitung seberapa lama mata penaku bersentuhan dengan permukaan kertas.

Oke. Akan kumulai.

Aku tersenyum ringan. Dan sebelum bibirku benar-benar kembali ke posisi semula… Tara! Aku sudah selesai menggambar. Berhasil! 1,9 detik! Bangsaku hening sejenak, dan sesaat kemudian…

“Hahhaha…” jutaan jiwa tertawa serempak. “Maaf Pak, bukankah itu hanya sebuah gambar lingkaran yang tidak simetris? Mana gambar mobil yang Bapak maksud?” kata orang yang terdekat denganku.

Ini yang kutunggu. Segera kuraih mikropon terdekat yang ditawarkan padaku. “Apakah mobil harus terdiri dari 4 roda dan satu knalpot di belakangnya? Apakah mobil harus terlihat seperti mobil-mobil pada umumnya? Apakah salah jika kita membuat mobil dengan bentuk yang sama sekali berbeda dari sebelumnya?” Bangsaku kembali hening.

“Ini yang membuat bangsa kita kalah bersaing. Kita tak berani ‘keluar dari tempurung’, padahal tak satupun yang melarang.

          Seharusnya kita meniru Sultan Mehmed Al-Fatih yang berani melabuhkan 72 kapalnya di atas bukit Galata. Karena memang, kapal tak harus berjalan di laut. Seperti halnya Steve Jobs yang di saat vendor-vendor lain berpikir untuk mendesain keypad dengan berbagai bentuknya, ia justru menciptakan smartphone yang tanpa keypad. Karena memang, tak pernah ada yang melarangnya. Atau seperti Jepang yang ketika negara-negara lain berlomba-lomba mengirim pelajar terbaiknya ke luar negeri, mereka justru ‘mengurung diri’ dengan Restorasi Meiji-nya. Memang, mereka layak disebut ‘tidak normal’. Tapi kenyataannya, tak ada yang memungkiri bahwa mereka adalah bagian dari orang-orang terbaik yang pernah dimiliki oleh sejarah.

          Oleh karena itu, jangan pernah lagi berpikir bahwa belajar di negeri sendiri tidak lebih baik daripada pergi ke luar negeri. Jangan lagi kira bahwa barang-barang impor jauh lebih baik daripada hasil keringat bangsa kita sendiri!

Biarkan kita disebut ‘gila’, karena dahulu Einstein, Wright bersaudara, Al-Fatih, bahkan Muhammad SAW juga disebut ‘tak normal’ di awal misinya. Tapi pada akhirnya, mereka dicatat baik-baik sebagai pemain penting dalam pentas sejarah dunia.

Satu kata kunci; THINK OUTSIDE, WE CAN SHINE!”

Sesaat kemudian,

“HIDUP PRESIDEN!”

“TAKBIIR!”

“MERDEKA!”

Aku tersenyum melihat bangsaku yang mulai menyadari keberadaan singa dalam dirinya.

Sumber gambar
Sebagai presiden, aku pernah dianggap gila oleh rakyat dan menteri-menteriku sendiri.
 Pernah suatu ketika aku mengadakan sebuah sayembara. Sederhana, siapapun yang bisa menggambar mobil di hadapanku hanya dengan sebilah pena akan kuhadiahkan emas seberat berat badannya. Dengan satu syarat, tidak boleh lebih dari 2 detik. Ya, dua detik. Tidak lebih.
***
 Hingga akhir pekan tiba tak satupun rakyat yang datang kepadaku, begitu pula para pejabat negara. Entah karena memang tidak bisa atau tidak tertarik. Mereka bilang aku sedang bermimpi berada di negeri para pesulap. Mereka meragukan kewarasanku. Mereka kira aku main-main. Padahal sebelumnya aku tak pernah sembaragan dalam mengambil keputusan, apalagi yang menyangkut urusan ratusan juta jiwa. Tapi tak apa lah, aku juga paham apa yang mereka pikirkan. Masih banyak urusan negara ini yang –sekilas- lebih penting.
Mereka –dan kau- akan tahu jawabannya nanti. Aku hanya ingin sedikit ‘mengetes’ bangsaku.
***
  Tibalah waktuku. Hampir seluruh media nasional hadir. Bahkan beberapa media mancanegara meminta izin untuk meliput, tapi aku menolaknya. Mungkin malam ini seluruh penduduk negeri sedang tertuju padaku. Menyaksikan ke’edan’anku. Membuktikan apakah aku masih layak menginjakkan kaki di istana negara atau tidak.
Semua mata tertuju pada stopwatch masing-masing. Mereka akan menghitung seberapa lama mata penaku bersentuhan dengan permukaan kertas.
Oke. Akan kumulai.
 Aku tersenyum ringan. Dan sebelum bibirku benar-benar kembali ke posisi semula… Tara! Aku sudah selesai menggambar. Berhasil! 1,9 detik! Bangsaku hening sejenak, dan sesaat kemudian…
 “Hahhaha…” jutaan jiwa tertawa serempak. “Maaf Pak, bukankah itu hanya sebuah gambar lingkaran yang tidak simetris? Mana gambar mobil yang Bapak maksud?” kata orang yang terdekat denganku.
 Ini yang kutunggu. Segera kuraih mikropon terdekat yang ditawarkan padaku. “Apakah mobil harus terdiri dari 4 roda dan satu knalpot di belakangnya? Apakah mobil harus terlihat seperti mobil-mobil pada umumnya? Apakah salah jika kita membuat mobil dengan bentuk yang sama sekali berbeda dari sebelumnya?” Bangsaku kembali hening.
“Ini yang membuat bangsa kita kalah bersaing. Kita tak berani ‘keluar dari tempurung’, padahal tak satupun yang melarang.
          Seharusnya kita meniru Sultan Mehmed Al-Fatih yang berani melabuhkan 72 kapalnya di atas bukit Galata. Karena memang, kapal tak harus berjalan di laut. Seperti halnya Steve Jobs yang di saat vendor-vendor lain berpikir untuk mendesain keypad dengan berbagai bentuknya, ia justru menciptakan smartphone yang tanpa keypad. Karena memang, tak pernah ada yang melarangnya. Atau seperti Jepang yang ketika negara-negara lain berlomba-lomba mengirim pelajar terbaiknya ke luar negeri, mereka justru ‘mengurung diri’ dengan Restorasi Meiji-nya. Memang, mereka layak disebut ‘tidak normal’. Tapi kenyataannya, tak ada yang memungkiri bahwa mereka adalah bagian dari orang-orang terbaik yang pernah dimiliki oleh sejarah.
          Oleh karena itu, jangan pernah lagi berpikir bahwa belajar di negeri sendiri tidak lebih baik daripada pergi ke luar negeri. Jangan lagi kira bahwa barang-barang impor jauh lebih baik daripada hasil keringat bangsa kita sendiri!
Biarkan kita disebut ‘gila’, karena dahulu Einstein, Wright bersaudara, Al-Fatih, bahkan Muhammad SAW juga disebut ‘tak normal’ di awal misinya. Tapi pada akhirnya, mereka dicatat baik-baik sebagai pemain penting dalam pentas sejarah dunia.
Satu kata kunci; THINK OUTSIDE, WE CAN SHINE!”
Sesaat kemudian,
“HIDUP PRESIDEN!”
“TAKBIIR!”
“MERDEKA!”
Aku tersenyum melihat bangsaku yang mulai menyadari keberadaan singa dalam dirinya.
- See more at: http://inspirasi.co/forum/post/2503/presiden_berencana#sthash.8n7rJZ80.dpuf
Sebagai presiden, aku pernah dianggap gila oleh rakyat dan menteri-menteriku sendiri.
 Pernah suatu ketika aku mengadakan sebuah sayembara. Sederhana, siapapun yang bisa menggambar mobil di hadapanku hanya dengan sebilah pena akan kuhadiahkan emas seberat berat badannya. Dengan satu syarat, tidak boleh lebih dari 2 detik. Ya, dua detik. Tidak lebih.
***
 Hingga akhir pekan tiba tak satupun rakyat yang datang kepadaku, begitu pula para pejabat negara. Entah karena memang tidak bisa atau tidak tertarik. Mereka bilang aku sedang bermimpi berada di negeri para pesulap. Mereka meragukan kewarasanku. Mereka kira aku main-main. Padahal sebelumnya aku tak pernah sembaragan dalam mengambil keputusan, apalagi yang menyangkut urusan ratusan juta jiwa. Tapi tak apa lah, aku juga paham apa yang mereka pikirkan. Masih banyak urusan negara ini yang –sekilas- lebih penting.
Mereka –dan kau- akan tahu jawabannya nanti. Aku hanya ingin sedikit ‘mengetes’ bangsaku.
***
  Tibalah waktuku. Hampir seluruh media nasional hadir. Bahkan beberapa media mancanegara meminta izin untuk meliput, tapi aku menolaknya. Mungkin malam ini seluruh penduduk negeri sedang tertuju padaku. Menyaksikan ke’edan’anku. Membuktikan apakah aku masih layak menginjakkan kaki di istana negara atau tidak.
Semua mata tertuju pada stopwatch masing-masing. Mereka akan menghitung seberapa lama mata penaku bersentuhan dengan permukaan kertas.
Oke. Akan kumulai.
 Aku tersenyum ringan. Dan sebelum bibirku benar-benar kembali ke posisi semula… Tara! Aku sudah selesai menggambar. Berhasil! 1,9 detik! Bangsaku hening sejenak, dan sesaat kemudian…
 “Hahhaha…” jutaan jiwa tertawa serempak. “Maaf Pak, bukankah itu hanya sebuah gambar lingkaran yang tidak simetris? Mana gambar mobil yang Bapak maksud?” kata orang yang terdekat denganku.
 Ini yang kutunggu. Segera kuraih mikropon terdekat yang ditawarkan padaku. “Apakah mobil harus terdiri dari 4 roda dan satu knalpot di belakangnya? Apakah mobil harus terlihat seperti mobil-mobil pada umumnya? Apakah salah jika kita membuat mobil dengan bentuk yang sama sekali berbeda dari sebelumnya?” Bangsaku kembali hening.
“Ini yang membuat bangsa kita kalah bersaing. Kita tak berani ‘keluar dari tempurung’, padahal tak satupun yang melarang.
          Seharusnya kita meniru Sultan Mehmed Al-Fatih yang berani melabuhkan 72 kapalnya di atas bukit Galata. Karena memang, kapal tak harus berjalan di laut. Seperti halnya Steve Jobs yang di saat vendor-vendor lain berpikir untuk mendesain keypad dengan berbagai bentuknya, ia justru menciptakan smartphone yang tanpa keypad. Karena memang, tak pernah ada yang melarangnya. Atau seperti Jepang yang ketika negara-negara lain berlomba-lomba mengirim pelajar terbaiknya ke luar negeri, mereka justru ‘mengurung diri’ dengan Restorasi Meiji-nya. Memang, mereka layak disebut ‘tidak normal’. Tapi kenyataannya, tak ada yang memungkiri bahwa mereka adalah bagian dari orang-orang terbaik yang pernah dimiliki oleh sejarah.
          Oleh karena itu, jangan pernah lagi berpikir bahwa belajar di negeri sendiri tidak lebih baik daripada pergi ke luar negeri. Jangan lagi kira bahwa barang-barang impor jauh lebih baik daripada hasil keringat bangsa kita sendiri!
Biarkan kita disebut ‘gila’, karena dahulu Einstein, Wright bersaudara, Al-Fatih, bahkan Muhammad SAW juga disebut ‘tak normal’ di awal misinya. Tapi pada akhirnya, mereka dicatat baik-baik sebagai pemain penting dalam pentas sejarah dunia.
Satu kata kunci; THINK OUTSIDE, WE CAN SHINE!”
Sesaat kemudian,
“HIDUP PRESIDEN!”
“TAKBIIR!”
“MERDEKA!”
Aku tersenyum melihat bangsaku yang mulai menyadari keberadaan singa dalam dirinya.
- See more at: http://inspirasi.co/forum/post/2503/presiden_berencana#sthash.8n7rJZ80.dpuf
Sebagai presiden, aku pernah dianggap gila oleh rakyat dan menteri-menteriku sendiri.
 Pernah suatu ketika aku mengadakan sebuah sayembara. Sederhana, siapapun yang bisa menggambar mobil di hadapanku hanya dengan sebilah pena akan kuhadiahkan emas seberat berat badannya. Dengan satu syarat, tidak boleh lebih dari 2 detik. Ya, dua detik. Tidak lebih.
***
 Hingga akhir pekan tiba tak satupun rakyat yang datang kepadaku, begitu pula para pejabat negara. Entah karena memang tidak bisa atau tidak tertarik. Mereka bilang aku sedang bermimpi berada di negeri para pesulap. Mereka meragukan kewarasanku. Mereka kira aku main-main. Padahal sebelumnya aku tak pernah sembaragan dalam mengambil keputusan, apalagi yang menyangkut urusan ratusan juta jiwa. Tapi tak apa lah, aku juga paham apa yang mereka pikirkan. Masih banyak urusan negara ini yang –sekilas- lebih penting.
Mereka –dan kau- akan tahu jawabannya nanti. Aku hanya ingin sedikit ‘mengetes’ bangsaku.
***
  Tibalah waktuku. Hampir seluruh media nasional hadir. Bahkan beberapa media mancanegara meminta izin untuk meliput, tapi aku menolaknya. Mungkin malam ini seluruh penduduk negeri sedang tertuju padaku. Menyaksikan ke’edan’anku. Membuktikan apakah aku masih layak menginjakkan kaki di istana negara atau tidak.
Semua mata tertuju pada stopwatch masing-masing. Mereka akan menghitung seberapa lama mata penaku bersentuhan dengan permukaan kertas.
Oke. Akan kumulai.
 Aku tersenyum ringan. Dan sebelum bibirku benar-benar kembali ke posisi semula… Tara! Aku sudah selesai menggambar. Berhasil! 1,9 detik! Bangsaku hening sejenak, dan sesaat kemudian…
 “Hahhaha…” jutaan jiwa tertawa serempak. “Maaf Pak, bukankah itu hanya sebuah gambar lingkaran yang tidak simetris? Mana gambar mobil yang Bapak maksud?” kata orang yang terdekat denganku.
 Ini yang kutunggu. Segera kuraih mikropon terdekat yang ditawarkan padaku. “Apakah mobil harus terdiri dari 4 roda dan satu knalpot di belakangnya? Apakah mobil harus terlihat seperti mobil-mobil pada umumnya? Apakah salah jika kita membuat mobil dengan bentuk yang sama sekali berbeda dari sebelumnya?” Bangsaku kembali hening.
“Ini yang membuat bangsa kita kalah bersaing. Kita tak berani ‘keluar dari tempurung’, padahal tak satupun yang melarang.
          Seharusnya kita meniru Sultan Mehmed Al-Fatih yang berani melabuhkan 72 kapalnya di atas bukit Galata. Karena memang, kapal tak harus berjalan di laut. Seperti halnya Steve Jobs yang di saat vendor-vendor lain berpikir untuk mendesain keypad dengan berbagai bentuknya, ia justru menciptakan smartphone yang tanpa keypad. Karena memang, tak pernah ada yang melarangnya. Atau seperti Jepang yang ketika negara-negara lain berlomba-lomba mengirim pelajar terbaiknya ke luar negeri, mereka justru ‘mengurung diri’ dengan Restorasi Meiji-nya. Memang, mereka layak disebut ‘tidak normal’. Tapi kenyataannya, tak ada yang memungkiri bahwa mereka adalah bagian dari orang-orang terbaik yang pernah dimiliki oleh sejarah.
          Oleh karena itu, jangan pernah lagi berpikir bahwa belajar di negeri sendiri tidak lebih baik daripada pergi ke luar negeri. Jangan lagi kira bahwa barang-barang impor jauh lebih baik daripada hasil keringat bangsa kita sendiri!
Biarkan kita disebut ‘gila’, karena dahulu Einstein, Wright bersaudara, Al-Fatih, bahkan Muhammad SAW juga disebut ‘tak normal’ di awal misinya. Tapi pada akhirnya, mereka dicatat baik-baik sebagai pemain penting dalam pentas sejarah dunia.
Satu kata kunci; THINK OUTSIDE, WE CAN SHINE!”
Sesaat kemudian,
“HIDUP PRESIDEN!”
“TAKBIIR!”
“MERDEKA!”
Aku tersenyum melihat bangsaku yang mulai menyadari keberadaan singa dalam dirinya.
- See more at: http://inspirasi.co/forum/post/2503/presiden_berencana#sthash.8n7rJZ80.dpuf

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Presiden Berencana

0 komentar:

Posting Komentar